JANGAN PELUK DI MOBIL (2)


Susah bagi orangtua untuk disiplin mendudukkan bayi mereka di kursi bayi mobil (baby car seat). Untuk beralasan harganya yang mahal sepertinya sudah tidak relevan lagi sekarang. Setelah produk Cina membanjiri pasar, dalam 5 tahun terakhir banyak dijual peralatan bayi seperti kereta bayi (stroller), tempat tidur bayi (crib), mainan dan kursi bayi yang cukup terjangkau. Walau secara kualitas masih perlu ditelaah lebih jauh lagi.
Setidaknya bagi pasangan yang mampu membeli mobil (beserta biaya perawatan dan bahan bakarnya) maka tambahan membeli kursi bayi seharusnya tidaklah masalah. 
Masalahnya lebih kepada halangan mental (mental block) dan kebiasaan. Kita (orang tua) akan merasa kasihan jika anak ‘diikat’ di kursi bayi yang terlihat sesak itu. Jadi kita memilih biarkan anak kita tidak terlindung sedangkan kita sendiri memakai sabuk pengaman (seat belt). Jika tindakan mengerem mendadak harus dilakukan, kira-kira bukankah akan lebih kasihan lagi anak kita?Terlempar ke depan dengan brutalnya. Hal ini mengingatkan saya pada pengemudi sepeda motor yang memakai helm demi untuk menghindari tilang polisi sedangkan anak-anaknya yang membonceng dibiarkan tidak memakai helm. Setega dan seegois itukah kita sebagai orang tua?
Suatu hari saat mengisi bensin saya melihat di mobil sebelah, sebuah sedan kelas atas, diisi sepasang suami istri. Sang istri duduk di depan menggendong bayinya yang berumur di bawah 1 tahun. Miris rasanya. Saya yakin mobil sekeren itu mempunyai fasilitas airbag. Alhamdulillah, gak masalah dong berarti? Ternyata tidak juga, karena airbag ternyata dapat menimbulkan masalah baru. Nah lho. Untuk bayi dan anak kecil airbag yang terbuka dapat mencekik dan menyulitkan bernafas. Buat saya masih lebih baik jika mereka duduk di belakang. Setidaknya resiko akan lebih kecil.
Salah satu kenalan mendudukkan anaknya di depan untuk membujuk agar si anak tidak rewel. Suatu tindakan sayang yang salah kaprah. Fakta bahwa di Amerika bahwa kecelakaan mobil adalah penyebab nomer 1 kematian anak umur 3-14 tahun.
Saya dan istri juga termasuk salah satu orang tua yang masih berjuang menerapkan kursi bayi ini. Kadang kami pakai dan kadang kami lepas kursi itu.Tetapi yang jelas anak kami (sekarang umurnya 2.5 tahun) tidak pernah duduk di depan sejak bayi, baik sendiri maupun bersama orang dewasa. Jadi sudah hampir 3 tahun saya menjadi ‘supir’ untuk anak dan istri saya. Dan kami menegaskan ini juga ke seluruh keluarga besar kami. Jadi walaupun ia diajak pergi oleh kakek-neneknya anak kami tidak pernah duduk di depan. Hingga tahap ini kami berhasil. 
Kita merasa bahwa anak akan lebih nyaman jika duduk di pangkuan kita dan tidur di pelukan kita saat di mobil. Inilah dua kontradiksi dalam dunia keselamatan (safety) kadang kita harus menukarkan kenyamanan dengan keselamatan. Ada jargon : Mau pilih nyaman atau mau aman (selamat)?Kasusnya sama dengan memakai helm untuk pengendara sepeda motor atau pemakaian alat pelindung diri untuk pekerja konstruksi.
Pada saat mobil mengerem mendadak tentunya anda tidak dapat mengendalikannya. Saat itu momentum mobil akan sangat besar dan penumpang akan terlempar ke depan. Di sinilah fungsi seat belt. Anda sebagai supir (yang pasti memakai seat belt) akan tertahan untuk terlempar ke depan. Bayangkan bagaimana dengan anak anda yang tidak terikat pada apapun? Anda boleh berkilah bahwa anda akan dapat memegang dan menahan anak anda sebelum terlempar. Kecelakaan biasanya adalah kelalaian dalam mengambil keputusan dan keterlambatan bertindak dalam sepersekian detik. Waktu yang teramat singkat yang menentukan hidup atau mati. 
Dengan duduk di belakang (ditemani oleh dewasa) memang bisa jadi sama buruk akibatnya jika anak duduk di depan. Dan resiko terbesar adalah kematian (fatality). Namun jika balita duduk di depan maka ia berpotensi untuk mengalihkan dan mengganggu perhatian supir. Saat keadaan parkir, anak saya sering pindah ke depan dan dengan penasaran pencet tombol-tombol dalam mobil. Jangan dimarahi, sudah tugasnya menjadi penuh ingin tahu. Nah, bagaimana jika itu terjadi saat anda menyetir. Dengan begitu resiko akan lebih besar. Yang dimaksud dengan resiko adalah kombinasi kemungkinan terjadi (likelyhood) dan tingkat keparahan (severity). Kita tidak usah lanjutkan dengan pemandangan dimana anak kecil bahkan balita duduk di pangkuan supir saat menyetir. Jika tadi saya sudah miris sekarang malah bertambah mules! 
Kita adalah apa yang kita lakukan sehari-hari. Yang kita lakukan itu adalah kebiasaan kita. Dan kebiasaan itulah menjadi karakter. Mengubah kebiasaan mungkin lebih susah daripada terbang ke bulan (hiperbola nih) tetapi bukanlah mustahil untuk dilakukan. Presepsi yang salah adalah bahwa kebiasaan buruk dapat dihilangkan, namun sebenarnya kebiasaan buruk haruslah diganti bukan dihilangkan. Ya diganti dengan kebiasaan baik tentunya. Contohnya kebiasaan merokok diganti dengan kebiasaan ngemil, eh, contoh yang salah ya? :-)
Makanya mengubah kebiasaan apalagi budaya tidak dapat dilakukan secara ekstrim dan dalam semalam. Saya ingin membagi beberapa tips yang mudah dilaksanakan. Untuk orangtua yang ingin menerapkan keselamatan anak dalam mobil inilah langkah-langkah awal:
1. Mulai dengan tidak membiasakan menaruh anak di kursi depan jika anak anda belum dapat memakai sabuk pengaman. Walaupun dipegang atau dipangku oleh orang dewasa. Anak-anak adalah orang yang sangat penting atau VIP (Very Important Person). Seperti semua VIP, mereka duduk di belakang. Satu sumber bahkan menyebutkan sampai usia 13 anak-anak seharusnya masih duduk di belakang.
2. Jika sudah terbiasa duduk di belakang, langkah berikutnya beli dan pasang kursi bayi (baby car seat). Kursi bayi banyak ukuran dan biasanya disesuaikan dengan umur dan berat badan bayi. Untuk lebih detailnya ada pada tulisan saya mendatang. Hei sekarang jaman internet, kalau tidak sabar silahkan tanya mbah Google dulu ya. Awalnya kursi dipasang di belakang (baris kedua mobil) dengan menghadap ke depan (forward facing). Posisi yang jauh lebih aman sebenarnya adalah menghadap ke belakang (rear facing) namun mari kita lakukan bertahap ya. Jika anda ingin memasang kursi bayi di kursi penumpang depan boleh saja, asal (sekali lagi) menghadap belakang. Tetapi harap dicatat, untuk mobil dengan kursi penumpang yang dilengkapi dengan air bag, memasang kursi di depan sama sekali tidak boleh di lakukan.Beberapa pabrikan bahkan menaruh peringatan ini di mobil. 
3. Setelah bayi dan balita terbiasa duduk di kursi bayi dan anda juga nyaman dengan kondisi ini maka saatnya untuk mengubah posisi menghadap ke belakang (rear facing). Jika anda memutuskan untuk langsung memposisikan kursi menghadap belakang maka empat jempol untuk anda, itu lebih baik lagi. Mengenai perbedaan menghadap depan dan belakang juga akan ada di tulisan saya berikutnya. Sekali lagi mental block akan menghalangi anda. Rasa ‘kasihan’ sebenarnya rasa kekhawatiran anda karena tidak dapat melihatnya. 
Tiga langkah ini merupakan langkah besar dalam keluarga anda. Tantangannya akan sangat besar. Anda harus menghadapi orang lain yang berpendapat bahwa segala kerepotan itu tidak perlu karena “ah, selama ini juga gak terjadi apa-apa kok.” dan opini berbagai macam opini lain yang akan menggoyahkan keyakinan anda. Suatu saat anda akan ragu juga dan mungkin (akan) melepaskan kursi bayi itu tapi jangan lupa untuk pasang lagi. Tetapi semua itu akan terbayar ketika hati anda tenang karena anak anda selalu dalam keadaan selamat dan anda bisa melihat senyum dan mendengarkan tawanya setiap hari. Menurut saya inilah cara yang benar menunjukkan rasa sayang anda.

Papua, Minggu, 25 Agustus 2013




 CPS Kids Can Live it, SafekidsUSA


 Motor Vehicle Safety Fact Sheet (2013), Safekids worldwide

Comments

Popular Posts